
MANAJEMEN KELAS DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN DASAR (MAKALAH)
Oleh : SYAIFUDIN ZUHRI
GURU MATA PELAJARAN SKI, MIN 6 JEMBER
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah didominasi oleh kegiatan belajar mengajar (92,6 % dari seluruh waktu yang ada di sekolah ada pada proses belajar mengajar) dengan bimbingan guru. Oleh karena itu 92,6 % pula keberhasilan pendidikan di sekolah/madrasah secara logika akan ditentukan oleh kualitas kegiatan proses belajar mengajar, sekalipun masih banyak faktor lain yang berpengaruh, dalam hal ini adalah guru sebagai peran utamanya.
Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi anak-anak sekolah/madrasah. Kedudukan ‘Kelas’ yang begitu penting mengisyaratkan bahwa tenaga kependidikan yang profesional yang dikehendaki, terutama guru, harus profesional dalam menyediakan kelas bagi terselenggaranya proses pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efisien[1].
Dalam sebuah pembelajaran, guru merupakan komponen yang memegang peranan penting, karena keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyampai materi kepada siswa. Pembelajaran akan berhasil jika interaksi pembelajaran guru terhadap siswa lancar. Ketidaklancaran pembelajaran akan membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Adakalanya pesan tersebut berhasil disampaikan dan terkadang mengalami hambatan. Hambatan – hambatan dalam proses pembelajaran, diantaranya : (1) murid yang tidak respon; (2) murid kurang fokus karena perhatiannya yang bercabang; (3) kekacauan penafsiran antara guru dan murid; (4) kurang perhatian murid karena guru sangat monoton; (5) verbalisme, guru hanya berkata-kata, sedang murid dalam kondisi yang pasif; dan (6) ketidaknyamanan lingkungan fisik.
Oleh karena itu, guru hendaknya dapat mengelola kondisi kelas secara baik untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi dalam kelas perlu dipertimbangkan, direncanakan dan dikelola dengan baik dalam usaha meningkatkan keberhasilan proses belajar-mengajar. Untuk itu, diperlukan sebuah menejemen kelas yang baik agar pembelajaran dalam kelas dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka perlu diketahui faktor-faktor apa yang dapat mendukung dan menghambat pencapaian tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan dan difahami mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi menejemen kelas guna sebagai bekal kelak dalam menyukseskan pendidikan pada utamanya dan keberhasilan proses pembelajar khususnya.
B. Rumusan Masalah
- Pengertian menejemen kelas ?
- Faktor-faktor apa sajakan yang mempengaruhi dalam kegiatan menejemen kelas ?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka makalah ini disusun untuk pembaca agar :
- Dapat menjelaskan dan memahami konsep menejemen kelas
- Dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menejemen kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
- Menejemen
Menejemen berasal dari kata dalam Bahasa Inggris : “management”, dengan kata kerja “to manage” yang secara umum berarti mengurusi, mengemudikan, mengelola, menjalankan, membina, atau memimpin[2]. Dale dalam Made Pidarta[3] mengutip beberapa pendapat ahli tentang mengertian menejemen adalah sebagai (1) mengelola orang-orang, (2) pengambilan keputusan, (3) proses engorganisasian dan memakai sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.
Manajemen disini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Menurut Martinis Yamin mengungkapkan bahwa menejemen adalah suatu proses, sedangkan manajer dikaitkan dengan aspek organisasi (orang-struktur-tugas-teknologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga mencapai tujuan sistem[4].
Proses pembelajaran seharusnya mampu menciptakan suasana kelas atau iklim kelas yang kondusif untuk mendukung terciptanya kualitas proses pembelajaran. Namun sayangnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini masih cenderung satu arah, kurang memperhatikan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Guru cenderung belum menempatkan dirinya sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam suatu proses pembelajaran yang lebih menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Guru lebih cenderung menempatkan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar, sehingga siswa selama ini lebih cenderung dinggab sebagai objek belajar yang harus menerima segala sesuatu yang akan diberikan oleh guru. Iklim belajar demikian tentunya kurang kondusif untuk mengembangkan kreatifitas, daya analisis, dan sikap kritis siswa dalam proses pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang bermakna bagi siswa, sehingga belum mampu mengembangkan kompetensi dan potensi kemampuan siswa secara lebih optimal.
- Pengertian Kelas
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, Kelas adalah ruangan tempat belajar di sekolah[5].
Hornby dalam Oxford Advance Learner’s (1986); Class is groups of student taught together or location when this group meets to be taught: kelas merupakan tempat siswa yang belajar bersama atau suatu lokasi ketika kelompok itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan waktu yang diformat secara formal. Atau where a class of pupils or student taught: ruang tempat sekelompok siswa diajar atau menjalani proses pembelajaran[6].
Lanjut lagi menurut Nawawi dalam (Djamarah) menyatakan bahwa kelas dapat dibagi menjadi 2 (dua) perspektif, yaitu :
- Kelas dalam Perspektif Sempit
Yakni ruangan yang dibatasi oleh dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan, antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing
- Kelas dalam Perspektif Luas
Yakni suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah. Kelas merupakan suatu kesatuan organisasi yang menjadi unit kerja, yang secara dinamis menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan[7].
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa menejemen kelas terdiri dari dua kata, yaitu menejemen dan kelas. Menejemen merupakan rangkaian usaha untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kelas adalah sekelompok orang yang melakukan sebuah kegiatan belajar bersama sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Serta dalam kelas tersebut, guru mempunyai peran yang penting yaitu sebagai menejer utama dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan melaksanakan pengawasan (supervisi) dalam kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara sistematis, efektif, dan efisien agar segala potensi siswa mampu dioptimalkan.
B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menejemen Kelas
Keberhasilan dalam sebuah kegiatan menejemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan fisik, faktor kondisi sosio-emosional dan faktor kondisi organisasional[8]:
- Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
- Ruangan Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan.Jika ruangan itu mempengaruhi hiasan, pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.
- Pengaturan Tempat Duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengaontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
Silberman menunjukkan penataan tempat duduk siswa yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran adalah: model huruf U, corak tim, meja konferensi, lingkaran, susunan chevron, auditorium, model tradisional.
- Huruf “U”
Formasi kelas bentuk huruf “U” sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung. Kelebihan : guru dapat menjangkau seluruh siswa sehingga pembelajaran dapat maksimal. Kekurangan : kondisi ini digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak.
- Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis. Kelebihan : memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Siswa juga dapat mendiskusikan masalah belajarnya dengan siswa satu kelompoknya dan dapat memaksimalkan kegiatan belajarnya dengan baik. Kekurangan : Kondisi kelas biasanya ramai dan materi yang disampaikan tidak dapat disampaikan secara maksimal dalam kondisi kelas yang demikian.
- Meja Konferensi
Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Denagn begitu akan didapatkan sebuah kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada pertemuan berikutnya. Kelebihan : menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat/ sulit karena didiskusikan secara bersama. Kekurangan : Dapat mengurangi peran penting siswa.
- Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh. Kelebihan : sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan kelompok secara bersama dengan siswa yang jumlahnya banyak, dapat menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat/ sulit. Kekurangan : pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas, karena siswa umumnya lebih suka bermain.
- Susunan Chevron
Bentuk chevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus. Kelebihan : mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran. Kekurangan :
- Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru. Kelebihan : mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara konvensional (tradisional). Kekurangan : lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif
- Tradisional
Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun, model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa. Kelebihan : siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam rapi, dan guru dapat mengawasi dari depan. Kekurangan : guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siawa yang tempat duduknya dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal[9].
- Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah asset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman.Oleh karena itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa
- Pengaturan Penyimpanan Barang -
Barang-barang hendanya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlakukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Tentu saja masalah pemeliharaan yang sangat penting dan secara periodik harus dicek. Hal lainnya adalah pengamatan barang-barang tersebut. Baik dari pencurian maupun barang-barang yang mudah meledak atau terbakar.
- Kondisi Sosio-Emosional
- Tipe Kepemimpinan
Peranan dan tipe kepimimpinan guru akan memberikan warna terhadap suasana emosional di dalam kelas. Apakah dengan menggunakan tipe kepemimpinan demokratis, otoriter, atau adiptif. Kesemuanya itu memberikan dampak terhadap siswa.
- Sikap Guru
Dalam menghadapi murid yang melanggar peraturan sekolah, guru hendaknya tetap sabar dan berkeyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Ciptakan satu kondisi dimana siswa akan menyadari akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
- Suara Guru
Pada point ini, meskipun bukanlah menjadi faktor yang besar akan tetapi dapat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Dinamika suara guru pada saat menyampaikan materi pembelajaran hendaknya diperhatikan. Hendaknya nada suara relatif rendah namun jelas namun dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa untuk lebih fokus memperhatikan pelajaran.
- Pembinaan Hubungan Baik
Hal ini memberikan rangsangan yang cukup baik. Dengan terciptanya hubungan baik antara guru dengan siswa diharapkan siswa senantiasa gembira, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
- Kondisi Organisasional
Kondisi organisasional sangat mempengaruhi dalam kegiatan menejemen kelas. Dalam hal ini secara umum kondisi organisasional yang mempengaruhi kegiatan menejemen kelas di bagi menjadi dua golongan, yaitu :
- Faktor Internal Siswa, hal tersebut berhubungan erat dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian siswa yang membawa ciri khasnya masing-masing, menyebabkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya secara individual. Perbedaan tersebut dilihat dari aspek perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
- Berkaitan dengan masalah lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa d kelas, akan cenderung lebih mudah munculnya konflik yang menyebabkan ketidaknyamanan, begitupun sebaliknya.
Selain itu, beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
- pendekatan pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student centered), mengandung pengertian bahwa proses pembelajaran hendaknya diarahkan pada siswa yang aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, proses pembelajaranyang dilaksanakan hendaknya berusaha memberi peluang terjadinya proses aktifsiswa dalam mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam pembelajaran. Pendekatan ini biasa disebut dengan pendekatan konstruktivistik. Dalam pendekatan ini yang perlu dilakukan guru adalah membantu siswa membangun pengetahuan sendiri di dalam benaknya, dengan cara membuat informasi pembelajaran menjadi sangat bermakna dan relevan bagi siswa. Hal ini menurut Mustaji (2005) dapat dilakukan guru dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-idenya dan mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan cara-cara mereka sendiri untuk belajar. Dengan pendekatan pembelajaran ini diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas dan bermakna bagi siswa yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan prestasi belajar siswa.
- adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam proses kegiatan pembelajaran akan mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, dan berani mengkritisi materi pembelajaran yang sedang dibahas. Dengan demikian siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis, kreatif, dan terlatih untuk mengemukakan pendapatnya tanpa adanya perasaan minder atau rendah diri. Dalam kaitannya dengan penghargaan terhadap partisipasi aktif siswa ini, hendaknya tidak sekedar dinilai dari segi keaktifannya saja, tetapi juga perlu diperhatikan sikap penghargaan siswa terhadap aktivitas teman-temannya dan kemampuannya didalam bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu mengarahkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain dan selalu bersikap positif terhadap teman-temannya serta selalu berusaha sebaik mungkin dalam setiap kesempatan yang diberikan saat interaksi pembelajaran berlangsung.
- Guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran. Mengapa demikian? Hal ini karena kepemimpinan guru yang demokratis dalam mengelola proses pembelajaran akan dapat menjadikan siswa merasa nyaman untuk dapat belajar semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan pandangan Goodlad (Dede Rosyada, 2004: 19) yang menyatakan bahwa setting demokrasi merupakan pemberian kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk belajar, yaitu bahwa sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk semaksimal mungkin mereka belajar. Kemampuan guru dalam menanamkan setting demokrasi pada siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian misi pendidikan. Dengan demikian suasana pembelajaran yang disetting secara demokratis sangat penting untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, berkualitas dan bermakna.
- Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran hendaknya dibahas secara dialogis. Hal ini karena proses dialogis dalam interaksi pembelajaran lebih mendudukkan siswa sebagai subyek didik yang mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam setiap interaksi pembelajaran. Proses dialogis juga akan mampu mengembangkan pemikiran kritis siswa dalam membahas dan menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Sebagaimana pandangan Freire, seorang praktisi pendidikan yang banyak menggagas pendidikan liberatif menyatakan bahwa dengan dialog akan memungkinkan munculnya pemikiran kritis, karena hanya dialoglah yang memerlukan pemikiran kritis. Lebih lanjut Friere, menyatakan bahwa tanpa dialog tidak akan ada komunikasi, dan tanpa komunikasi tidak mungkin ada pendidikan sejati. Dengan demikian proses dialogis cukup penting peranannya dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan berkualitas.[10]
- Lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menyetting lingkungan kelas yang kondusif untuk belajar siswa yaitu dengan cara mengatur tempat duduk atau meja-kursi siswa secara variatif dan pengaturan perobot sekolah yang cukup artistik, serta pemanfaatan dinding-dinding rungan kelas sebagai media penyampai pesan pembelajaran. Pengaturan setting tempat duduk hendaknya dilakukan sesuai kebutuhan dan strategi pembelajaran yang digunakan. Pesan yang ditempel di dinding hendaknya kontekstual dengan materi pembelajaran. Oleh karena itu, icon-icon, grafis-grafis di dinding yang memuat pesan pembelajaran hendaknya selalu di perbaharui atau diganti-ganti setiap bulannya. Pengaturan lingkungan kelas ini, jika diperhatikan akan mampu mendukung terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan berkualitas. Haryanto menyatakan bahwa pengaturan ruang secara tepat dapat menciptakan suasana yang wajar, tanpa tekanan, dan menggairahkan siswa untuk belajar secara efektif. Lebih lanjut Haryanto menyatakan bahwa agar tercipta suasana belajar yang aktif (mampu mengaktifkan siswa), pengaturan ruang belajar dan perabot sekolah perlu diperhatikan. Pengaturan itu hendaknya memungkinkan siswa duduk berkelompok dan memudahkan guru secara leluasa membimbing dan membantu siswa dalam belajar. Pengaturan meja secara berkelompok, akan mampu meningkatkan kerjasama yang baik antar siswa. Dengan terciptanya gairah siswa dalam belajar, tentunya akan berpengaruh pada efektifitas belajar siswa. Dan dengan terciptanya suasana belajar yang wajar tanpa tekanan tentunya akan memungkinkan munculnya daya kritis dan kreatifitas siswa.[11]
- Menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari. Hal ini mengandung pengertian bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar dalam proses pembelajaran. Siswa dapat belajar dalam ruang perpustakaan, dalam ”ruang sumber belajar” yang khusus atau bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan yang berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu. Peranan guru adalah memberi bimbingan konsultasi, pengarahan jika ada kesulitan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk memberikan informasi tentang dimana sumber belajar yang harus dipelajari tersebut berada, sehingga siswa secara aktif dan mandiri dapat menemukan dan mengakses sumber belajar tersebut. Keberadaan berbagai jenis sumber belajar yang memadai di lingkungan sekolah cukup membantu siswa untuk membangun dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Jenis sumber belajar tersebut bisa dalam bentuk: buku, modul, pembelajaran berprograma, audio, video, dan lain sebagainya. Hal ini akan mempermudah siswa untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan karakteristik gaya belajarnya masing-masing. Dengan demikian pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna dan berkualitas.[12]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk merencanakan, mengorganisasikan, serta mengaktualisasikan dan melakukan pengawasan / supervisi terhadap program dan kegiatan yang ada di kelas yang menyangkut keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondusifitas proses belajar mengajar secara efektif dan efisien sehingga segala potensi siswa mampu dioptimalkan.
- Faktor – faktor yang mempengaruhi pada kegiatan menejemen kelas, yaitu
- Faktor lingkungan fisik, meliputi:
- Ruangan tempat berlansungnya proses belajar mengajar
- Pengaturan tempat duduk
- Ventilasi dan pengaturan cahaya
- Pengaturan penyimpanan barang-barang
- Faktor kondisi sosio-emosional
- Tipe kepemimpinan
- \
- Sikap guru
- Suara guru
- Pembinaan hubungan yang baik
- Faktor kondisi organisasional
- Faktor internal siswa
- Faktor eksternal siswa
- Faktor lingkungan fisik, meliputi:
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sudarwan Danim. Inovasi Pendidikan: dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2002. 161.
[2] Evis Karwati dan Donni Juna Prians. Manajemen Kelas (Guru Profesional yangInspiratif , Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi). Bandung: Alfabeta. 2014. 3
[3] Made Pidarta. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 2004. 6
[4] Martinis Yamin dan Maisah. Menejemen Pembelajaran Kelas (Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Jakarta: Gaung Persada Press. 2009. 2
[5] Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: 1995
[6] M. Manulang. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2005. 167
[7] Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. 176
[8] Evis Karwati dan Donni Juna Prians. Manajemen Kelas (Guru Profesional yangInspiratif , Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi). Bandung: Alfabeta. 2014. 28-32
[9] Syiruptz.blogspot.com/2014/04/penataan-formasi-tempat-duduk-siswa_8html?m=1 (diakses tanggal 11 Oktober 2016)
[10] Freire, P. Pendidikan kaum tertindas. (Terjemahan Otomo Danarjaya, dkk.). (Buku asli diterbitkan tahun 1972). Jakarta: LP3ES, 2000. 80
[11] Haryanto. (Nopember, 2001). Penciptaan iklim belajar yang kondusif di SD melalui penataan lingkungan kelas. Dinamika Pendidikan: Majalah Ilmu Pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta. No. 2/Th. VIII). 73-81
[12] Ali Muhtadi. Menciptakan Iklim Kelas (Classroom Climate) Yang Kondusif Dan Berkualitas Dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan, tidak dipublikasikan (2016).
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
PELAKSANAAN STRATEGI EDUTAINMENT DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MIN 6 JEMBER
Oleh: Syaifudin Zuhri*) ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan strategi edutainment dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MIN 6 Jem
MEDIA CARD SORT DALAM MENGATASI KEJENUHAN PESERTA DIDIK PADA MATERI MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (MAKALAH)
Oleh : SYAIFUDIN ZUHRI Guru Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, MIN 6 Jember PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perkembang